Padang panjang memang kaya dengan aset wisata yang menawan. Bukan hanya wisata alam seperti Lubuak Mato Kuciang atau wisata semi modern seperti Minang Fantasy. Namun, dunia pariwisata Kota Serambi Mekkah ini juga dikenal dengan wisata seni kampus yaitu Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Padangpanjang.
Sebagai satu-satunya lembaga pendidikan tinggi seni di pulau Sumatera, STSI sangat kaya dengan karya berupa pertunjukan, karya rekam, hingga karya rupa. Karya-karya tersebut kerap di pertunjukkan atau di pamerkan pada momen-momen seperti musim ujian tugas akhir, dies natalis, ujian semester, penerimaan tamu, dan lain-lain.
Puluhan karya pertunjukkan berupa pemetasan teater, musik orkestra klasik dan modern, musik tradisi, tari tradisi dan kontemporer dapat disaksikan di kampus ini. Karya rekam berupa film cerita dan dokumenter, rekaman musik, video art dan lain-lain. Karya rupa berupa lukisan, patung, kriya, kerajinan, tekstil, fotografi dan lain-lain.
Untuk karya pertunjukan dan videografi bisa dinikmati di gedung Pementasan Hoerijah Adam yang berstandar internasional, Auditorium Boestanul Arifin yang elegan, Gedung jurusan teater yang bernansa kontemporer, Gedung musik nusantara yang kental dengan nuansa tradisi atau yang di gelar di tempat terbuka seperti taman-taman nan indah di dalam kampus.
Yang luar biasa, karya-karya tersebut bisa dinikmati secara free alias gratis! Hal ini sangat menarik, bila dibandingkan dengan sebuah konser musik klasik skala Jakarta dimana seorang penonton harus merogoh kocek hingga jutaan rupiah hanya untuk memesan satu kursi. Sementara konser yang tak kalah hebatnya bisa dinikmati di STSI tanpa harus mengeluarkan uang sepeserpun. Untuk karya rupa bisa dinikmati di gallery seni murni, gallery kriya, jurusan televisi, dan kerap juga di gedung-gedung pertunjukan.
Sementara proses penciptaannya bisa dilihat di bengkel-bengkel kriya, studio seni murni, dan studio televisi. Kita bahkan bisa mengikuti proses penciptaan sebuah karya. Setiap hari selalu ada proses latihan untuk pertunjukan atau pembuatan karya rupa. Sebagai tamu, anda akan beruntung bisa bertemu langsung dengan sang seniman untuk berdiskusi atau sekedar mengikuti geliat penciptaan karya yang dilaluinya.
Melirik STSI Padangpanjang kita akan bisa melihat kebudayaan tari Minangkabau yang merupakan salah satu cabang seni daripada produk budaya itu dan terdiri dalam kategori tari tradisi, tari entertainment dan tari kontemporer (contemporary). Tari-tari tradisi Minangkabau yang umumnya tidak diketahui siapa penciptanya.
Tarian jenis ini hidup dan dikenal sebagai milik suatu daerah dalam budaya Minangkabau, dipelihara oleh masyarakat daerahnya dan dinyatakan sebagai identitas kedaerahan. Beberapa dari tarian tradisi itu bahkan harus disebutkan nama daerah pemiliknya seperti Mancak Kotoanau, Sado Pariangan, Piriang Saniangbaka dan lain sebagainya.
Tari Minangkabau entertainment adalah jenis tarian hiburan yang ditata oleh penata tari Minangkabau dengan menggunakan vokabuler tari tradisi Minangkabau. Beberapa di antaranya telah dikenal dan disukai oleh para penari dan grup-grup kesenian di Indonesia, di Malaysia dan di negara-negara yang banyak perantau Minangnya. Tari Minangkabau jenis ini sering dipakai untuk memeriahkan acara-acara hiburan tertentu, seperti helat kawin, pembukaan atau penutupan konferensi, promosi pariwisata dan lain sebagainya.
Tari Minangkabau kontemporer agak sulit ditiru dan dilakukan oleh siapa pun kecuali oleh koreografer penciptanya bersama penarinya. Salah satu ciri utama dari tarian jenis ini adalah individualitas koreografernya. Beberapa karya koreografi sekaligus koreografernya, telah dikenal melampaui batas geografis Sumatera Barat. Tarian jenis ini sering ditampilkan pada berbagai festival-festival seni serius dan konferensi-konferensi yang mengusung issue kehidupan seni pertunjukan dan sosial yang umumnya dilakukan pada dunia akademis.
Adalah Hoerijah Adam, koreografer Minangkabau yang pertama kali mengubah orientasi Tari Minangkabau pada 1968-1971, yang sebelumnya berasaskan pada gerak Tari Melayu kepada gerak yang berasaskan pancak (silat) Minangkabau (Sal Murgiyanto, 2000). Usaha tersebut dilakukan mengikut kepada perspektif tari tradisi Minangkabau yang juga berasaskan kepada gerakan pancak.
Oleh Sal Murgiyanto, Hoerijah Adam disebut sebagai redefining Minangkabau dance (peneguh kembali Tari Minangkabau). Pada tahun 1987, Gusmiati Suid bersama group Gumarang Sakti tampil pada forum festival dan seminar teater internasional di Calcutta, India. Penampilan group tari Minangkabau yang diwakili oleh Gusmiati Suid itu, telah membukakan mata dunia secara lebih luas terhadap fenomena pancak (silat) Minangkabau sebagai asas daripada gerak Tari Minangkabau.
Sejalan dengan itu, keberadaan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) sebagai lembaga pendidikan tinggi kesenian di Sumbar, dulu bernama Konservatori Karawitan (KOKAR) Jurusan Minangkabau, berdiri 1966, seterusnya berubah nama menjadi Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI) Padangpanjang yang ikut memberi pengaruh terhadap wacana perkembangan tari Minangkabau. Di lembaga ini kegiatan menggali, membina dan mengembangkan tari tradisi Minangkabau (pamenan) sangat digalakkan.
Aktivitas menggali dan membina dilakukan melalui proses pembelajaran, penelitian, magang, dan latihan-latihan di studio yang melibatkan seniman-seniman tradisi tempatan. Dalam perjalanannya sampai saat ini, lembaga tersebut telah pula melahirkan para koreografer Minangkabau yang berkiprah dalam medan juang tari Indonesia, sehingga ikut mempengaruhi pembentukan identitas Minangkabau dalam tari dan memberi dampak yang luas kepada masyarakat umum.[wlmn/yd]
Link Spesial:Griya