Share
Setelah belasan tahun lamanya berkelana. Akhirnya saya kembali pulang ke ranah kelahiran. Bak kata pepatah setinggi- tinggi bangau terbang akhirnya akan kembali pulang ke kubangan.Tetapi yang nama nya kubangan itu selalu becek dan berair, tapi saya lihat kubangan yang saya tingal kan dahulu telah gersang tandus di gerus sang waktu.
Kawan yang dahulu seiring sejalan, sudah tak bisa di ajak jalan lagi. Karena mereka di sibuk kan oleh kesibukan pribadi dan desakan hidup yang makin kompleks.
Memang saya lihat beberapa teman sudah ada banyak yang berhasil dan sukses, baik itu di bidang karier maupun di segi finansial. Ada yang menjabat inilah... ada yang jadi pemimpin itulah.. ada yang bisnis ini dan itu.. Entah berapa banyak lagi ke suksesaan yang telah mereka capai...
Mereka boleh bangga dengan apa yang telah mereka capai dan apa yang mereka miliki, Tapi bagi saya itu belum berarti apa apa. Karena ke suksesaan bagi saya tidak dinilai dari apa yang telah kita miliki, Tapi dari apa yang telah kita berikan pada orang lain.
Sementara itu, lebih banyak lagi di antara kawan ( teman yang dahulu sama - sama senasib dan sepenanggunggan dengan kita waktu menuntut ilmu di SMA NEGERI PADANG PANJANG ) hidup susah dan tidak berkecukupan.
Ada yang harus berjemur terik matahari setiap hari ( ngojeg motor ) untuk mendapatkan sedikit rezeki. Ada yang harus berkubang lumpur dari pagi hingga petang menggarap sawah. Ada yang harus jadi kuli bangunan siang dan malam untuk sesuap nasi.
Dalam hati saya bertanya.... Di manakah letak kebersamaan kita dahulu ? Apakah status sosial telah menjadi jurang pemisah di antara kita..? Bukankah keadaan kita sekarang ini Ada karena kita pernah bersama dahulu..
Ada sebuah kisah....
Saat seorang teman yang hidup susah, ditanya oleh orang lain.
Apakah bapak yang menjabat itu, atau yang menjadi itu , atau pemimpin itu, atau yang memiliki itu adalah teman anda? dengan lirih dia menjawab " dia bukan teman saya " dan dalam hatinya terucap " Kalau dia memang teman saya dia takkan membiarkan saya hidup susah begini "
Bagai mana perasaan hati anda bila teman anda yang pernah senasib dan sepenanggungan bilang bahwa mereka bukan teman anda ?
Anda boleh bangga dengan apa diri anda sekarang, tapi teman anda sendiri tak pernah menghargai anda.
Kenapa saat ini harus ada perbedaan di antara kita ?
Kemanakah rasa kebersamaan kita yang dahulu..?
Apakah kebersamaan itu hanya madu pe manis di bibir saat acara reoni saja.?
Saya heran....
Bahkan ada beberapa teman yang memanfaatkan teman lain untuk di jadikan pijakan dalam mencapai kepentingan pribadi nya.
Haruskah kita menjadi serigala - serigala lapar untuk teman kita sendiri ?
Sekarang kita sudah sama - sama dewasa, bukan anak belasan tahun lagi. Dewasa secara fikiran dan matang akan pengalaman. Bukankah sebaiknya perbedaan itu kita singkirkan. Dan mari memulai kembali kebersamaan dahulu yang pernah kita tinggalkan.
Saya berharap sangat, kita bisa bersatu seperti dahulu lagi.
kalau kita bersatu, apa pun bisa kita lakukan.
Kita bisa taklukkan dunia
kalau memang rasa kebersamaan itu, Masih tertanam dengan kokoh di hati kita masing masing ...
Kawan yang dahulu seiring sejalan, sudah tak bisa di ajak jalan lagi. Karena mereka di sibuk kan oleh kesibukan pribadi dan desakan hidup yang makin kompleks.
Memang saya lihat beberapa teman sudah ada banyak yang berhasil dan sukses, baik itu di bidang karier maupun di segi finansial. Ada yang menjabat inilah... ada yang jadi pemimpin itulah.. ada yang bisnis ini dan itu.. Entah berapa banyak lagi ke suksesaan yang telah mereka capai...
Mereka boleh bangga dengan apa yang telah mereka capai dan apa yang mereka miliki, Tapi bagi saya itu belum berarti apa apa. Karena ke suksesaan bagi saya tidak dinilai dari apa yang telah kita miliki, Tapi dari apa yang telah kita berikan pada orang lain.
Sementara itu, lebih banyak lagi di antara kawan ( teman yang dahulu sama - sama senasib dan sepenanggunggan dengan kita waktu menuntut ilmu di SMA NEGERI PADANG PANJANG ) hidup susah dan tidak berkecukupan.
Ada yang harus berjemur terik matahari setiap hari ( ngojeg motor ) untuk mendapatkan sedikit rezeki. Ada yang harus berkubang lumpur dari pagi hingga petang menggarap sawah. Ada yang harus jadi kuli bangunan siang dan malam untuk sesuap nasi.
Dalam hati saya bertanya.... Di manakah letak kebersamaan kita dahulu ? Apakah status sosial telah menjadi jurang pemisah di antara kita..? Bukankah keadaan kita sekarang ini Ada karena kita pernah bersama dahulu..
Ada sebuah kisah....
Saat seorang teman yang hidup susah, ditanya oleh orang lain.
Apakah bapak yang menjabat itu, atau yang menjadi itu , atau pemimpin itu, atau yang memiliki itu adalah teman anda? dengan lirih dia menjawab " dia bukan teman saya " dan dalam hatinya terucap " Kalau dia memang teman saya dia takkan membiarkan saya hidup susah begini "
Bagai mana perasaan hati anda bila teman anda yang pernah senasib dan sepenanggungan bilang bahwa mereka bukan teman anda ?
Anda boleh bangga dengan apa diri anda sekarang, tapi teman anda sendiri tak pernah menghargai anda.
Kenapa saat ini harus ada perbedaan di antara kita ?
Kemanakah rasa kebersamaan kita yang dahulu..?
Apakah kebersamaan itu hanya madu pe manis di bibir saat acara reoni saja.?
Saya heran....
Bahkan ada beberapa teman yang memanfaatkan teman lain untuk di jadikan pijakan dalam mencapai kepentingan pribadi nya.
Haruskah kita menjadi serigala - serigala lapar untuk teman kita sendiri ?
Sekarang kita sudah sama - sama dewasa, bukan anak belasan tahun lagi. Dewasa secara fikiran dan matang akan pengalaman. Bukankah sebaiknya perbedaan itu kita singkirkan. Dan mari memulai kembali kebersamaan dahulu yang pernah kita tinggalkan.
Saya berharap sangat, kita bisa bersatu seperti dahulu lagi.
kalau kita bersatu, apa pun bisa kita lakukan.
Kita bisa taklukkan dunia
kalau memang rasa kebersamaan itu, Masih tertanam dengan kokoh di hati kita masing masing ...