Share
aku ada, hanya untuk sebuah perintah.
bukan teman, karena tak mungkin seorang teman memberi kalimat perintah yang mengandung kata harus.
sebuah perintah, dan bukan permintaan.
tanpa kata tolong, maupun terima kasih.
kalaupun ada, kalimat itu hanya menjadi sebuah hiasan di antara sederet kalimat pencambuk lainnya.
sederet di antara kalimat yang membuatku harus melakukan, tanpa kecuali, tanpa tahu kondisi.
dan akhirnya kata terima kasih dan tolong tidak lagi bermakna tulus yang dalam.
aku bekerja demi pengabdian.
aku mengiyakan, karena sebuah tanggung jawab dengan bumbu pengorbanan.
aku bukan aku lagi yang mempunyai jiwa yang bebas,
dan mimpi-mimpi yang masih terlihat.
kini aku terikat,
dengan mengatas namakan pengabdian.
aku seperti kuda.
yang ketika sang kusir melecutkan pelecutnya,
dia langsung berlari.
walaupun lelah, walaupun ingin sedikit istirahat.
aku tak punya pembelaan.
setelah kata cepat, sekarang! keluar,
kata ya mau tidak mau harus keluar.
bahkan untuk mengeluarkan kata saya lelah, pun seperti tidak diberi kesempatan.
bukan lelah karena fisik.
tetapi karena ketidak adilan.
aku tidak bisa mengatakan tidak,
demi kalimat perintah harus sekarang.
aku patuh,
demi ikatan kerja dan pengabdian yang menyeret keprofesionalitas.
aku bukan teman, maupun partner.
mimpi-mimpi, hak, dan ragaku tersita,
demi sebentuk pengabdian.
dan sakit hati yang ada,
hanya bisa ditahan setelah kata sekarang diketik sebagai perintah.
aku bukan aku lagi dengan mimpi indah pengantar tidur yang masih bisa dijangkau
bukan teman, karena tak mungkin seorang teman memberi kalimat perintah yang mengandung kata harus.
sebuah perintah, dan bukan permintaan.
tanpa kata tolong, maupun terima kasih.
kalaupun ada, kalimat itu hanya menjadi sebuah hiasan di antara sederet kalimat pencambuk lainnya.
sederet di antara kalimat yang membuatku harus melakukan, tanpa kecuali, tanpa tahu kondisi.
dan akhirnya kata terima kasih dan tolong tidak lagi bermakna tulus yang dalam.
aku bekerja demi pengabdian.
aku mengiyakan, karena sebuah tanggung jawab dengan bumbu pengorbanan.
aku bukan aku lagi yang mempunyai jiwa yang bebas,
dan mimpi-mimpi yang masih terlihat.
kini aku terikat,
dengan mengatas namakan pengabdian.
aku seperti kuda.
yang ketika sang kusir melecutkan pelecutnya,
dia langsung berlari.
walaupun lelah, walaupun ingin sedikit istirahat.
aku tak punya pembelaan.
setelah kata cepat, sekarang! keluar,
kata ya mau tidak mau harus keluar.
bahkan untuk mengeluarkan kata saya lelah, pun seperti tidak diberi kesempatan.
bukan lelah karena fisik.
tetapi karena ketidak adilan.
aku tidak bisa mengatakan tidak,
demi kalimat perintah harus sekarang.
aku patuh,
demi ikatan kerja dan pengabdian yang menyeret keprofesionalitas.
aku bukan teman, maupun partner.
mimpi-mimpi, hak, dan ragaku tersita,
demi sebentuk pengabdian.
dan sakit hati yang ada,
hanya bisa ditahan setelah kata sekarang diketik sebagai perintah.
aku bukan aku lagi dengan mimpi indah pengantar tidur yang masih bisa dijangkau