Share
ZAKIAH DARADJAT
Pandai, dengan nilai rata-rata 9, matematika malah 9,5, kemauan belajar Zakiah keras. Tiba di Yogyakarta setamat SMA, 1951, ia mendaftar di dua perguruan sekaligus. Keduanya lulus tes, baik di Fakultas Tarbiyah, Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN), maupun di Fakultas Hukum, Universitas Islam Indonesia (FH UII). Keduanya ia masuki.
Saat duduk di tingkat III, Zakiah pulang ke desa kelahirannya, Koto Merapak, Bukittinggi, Sumatera Barat. Mendengar ia memborong dua perguruan sekaligus, bekas guru SMP- nya menasihatinya agar memilih satu saja. ''Kamu jangan terlalu memaksa belajar, nanti sakit,'' kata ibunya. Dosennya di PTAIN juga pernah mengatakan: kuliah bersamaan di dua tempat itu susah. Akhirnya, si sulung bersaudara 10 itu menurut.
Di tingkat IV Fakultas Tarbiyah, Kiah -- demikian panggilan akrabnya -- ditawari meneruskan ke Universitas Ein Shams, Kairo, Mesir. Merasa bingung, ia menyurati orangtuanya. Jawaban Haji Daradjat dan Hajjah Rafiah singkat saja, ''Pergilah. Kami tahu kau bisa menjaga diri.''
Delapan setengah tahun (1956-1964) di Mesir, Zakiah belajar ilmu pendidikan dengan spesialisasi psikoterapi, sampai meraih gelar doktor. Pulang kampung, ia langsung bekerja pada Departemen Agama. Sampai Maret 1984, Zakiah Daradjat menjabat Direktur Pembinaan Agama Islam. Ia satu-satunya wanita anggota DPA.Di samping itu, sudah 20 tahun lebih Zakiah membuka praktek konsultasi psikologi di rumah kediamannya. Rata-rata ia menerima lima pasien setiap petang, terdiri dari kaum ibu, bapak, dan remaja. ''Tidak saya pungut bayaran. Kalau mereka memberi, saya terima,'' ujarnya.
Tetapi, wanita berkulit kuning ini lebih dikenal sebagai penceramah. Pada 1960-an, ia bisa berceramah lima atau enam kali sehari. Sering tampil di RRI dan TVRI, Zakiah tiap hari, kecuali Ahad, memberikan kuliah subuh di Radio Elshinta, Jakarta. Di IAIN Jakarta dan Yogyakarta, Zakiah masing-masing menjadi guru besar dan memimpin Fakultas Pasca-Sarjana. Cukup sibuk. ''Tapi saya melakukannya dengan senang,'' katanya.
Pendidik terkenal itu risau akan kehidupan remaja sekarang, khususnya tentang kasus kumpul kebo. ''Saya kecewa sekali,'' ujarnya. Ia mengaitkan kenakalan remaja dengan kurangnya pengawasan orangtua, terutama ibu. Menurut dia, idealnya seorang ibu berada di rumah 3w5 jam sehari. Kurang dari itu berbahaya, katanya.
Sejak 1969, Zakiah menulis puluhan buku. Antara lain, Kesehatan Mental (Gunung Agung, 1969), Ilmu Jiwa Agama, dan Problema Remaja Indonesia (Bulan Bintang, 1970 dan 1974).
Ia pernah berceramah di 10 tempat secara berantai, dan terkejut melihat sejumlah orang yang selalu hadir mengikutinya. ''Mereka mengatakan ingin selalu dekat saya,'' katanya. ''Mereka kebanyakan ibu-ibu.''
Penggemar renang yang kini hanya melakukan jogging dan orhiba ini masih memilih hidup sendiri
Nama :
ZAKIAH DARADJAT
Lahir :
Bukittinggi, Sumatera Barat, 6 November 1929
Agama :
Islam
Pendidikan :
-Standard School Muhammadiyah, Bukittinggi (1944)
-Kuliyatul Mubalighat, Padangpanjang (1947)
-SMA, Bukittinggi (1951)
-Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri di Yogyakarta (1955)
-Universitas Ein Shams, Kairo, Mesir (doktor, 1964)
-Sekolah Staf dan Pimpinan Administrasi Departemen Agama, Jakarta (1976)
Karir :
-Pegawai Biro Perguruan Tinggi Agama Departemen Agama (1964-1967)
-Kepala Dinas Penelitian dan Kurikulum pada Direktorat Perguruan Tinggi Agama (1967-1972)
-Direktur Pendidikan Agama (1972-1974)
-Direktur Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam (1977-1984)
-Anggota DPA-RI (1983-1988)
-Guru Besar IAIN Jakarta (1984-sekarang)
Kegiatan Lain :
-Pimpinan Lembaga Pendidikan Kesehatan Jiwa Universitas Islam Jakarta (1970-1984)
-Ketua Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Ruhama (1984-sekarang)
-Pimpinan Pendidikan Kesehatan Mental YPI Ruhama (1984- sekarang)
Karya :
-Kesehatan Mental, Gunung Agung, 1969
-Ilmu Jiwa Agama, dan Problem Remaja Indonesia, Bulan Bintang, (1970 dan 1974)
Alamat Rumah :
Jalan Fatmawati 6, Kompleks Wisma Sejahtera, Jakarta Selatan Telp: 763937
Sumber : www.pdat.co.id
ZAKIAH DARADJAT
Pandai, dengan nilai rata-rata 9, matematika malah 9,5, kemauan belajar Zakiah keras. Tiba di Yogyakarta setamat SMA, 1951, ia mendaftar di dua perguruan sekaligus. Keduanya lulus tes, baik di Fakultas Tarbiyah, Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN), maupun di Fakultas Hukum, Universitas Islam Indonesia (FH UII). Keduanya ia masuki.
Saat duduk di tingkat III, Zakiah pulang ke desa kelahirannya, Koto Merapak, Bukittinggi, Sumatera Barat. Mendengar ia memborong dua perguruan sekaligus, bekas guru SMP- nya menasihatinya agar memilih satu saja. ''Kamu jangan terlalu memaksa belajar, nanti sakit,'' kata ibunya. Dosennya di PTAIN juga pernah mengatakan: kuliah bersamaan di dua tempat itu susah. Akhirnya, si sulung bersaudara 10 itu menurut.
Di tingkat IV Fakultas Tarbiyah, Kiah -- demikian panggilan akrabnya -- ditawari meneruskan ke Universitas Ein Shams, Kairo, Mesir. Merasa bingung, ia menyurati orangtuanya. Jawaban Haji Daradjat dan Hajjah Rafiah singkat saja, ''Pergilah. Kami tahu kau bisa menjaga diri.''
Delapan setengah tahun (1956-1964) di Mesir, Zakiah belajar ilmu pendidikan dengan spesialisasi psikoterapi, sampai meraih gelar doktor. Pulang kampung, ia langsung bekerja pada Departemen Agama. Sampai Maret 1984, Zakiah Daradjat menjabat Direktur Pembinaan Agama Islam. Ia satu-satunya wanita anggota DPA.Di samping itu, sudah 20 tahun lebih Zakiah membuka praktek konsultasi psikologi di rumah kediamannya. Rata-rata ia menerima lima pasien setiap petang, terdiri dari kaum ibu, bapak, dan remaja. ''Tidak saya pungut bayaran. Kalau mereka memberi, saya terima,'' ujarnya.
Tetapi, wanita berkulit kuning ini lebih dikenal sebagai penceramah. Pada 1960-an, ia bisa berceramah lima atau enam kali sehari. Sering tampil di RRI dan TVRI, Zakiah tiap hari, kecuali Ahad, memberikan kuliah subuh di Radio Elshinta, Jakarta. Di IAIN Jakarta dan Yogyakarta, Zakiah masing-masing menjadi guru besar dan memimpin Fakultas Pasca-Sarjana. Cukup sibuk. ''Tapi saya melakukannya dengan senang,'' katanya.
Pendidik terkenal itu risau akan kehidupan remaja sekarang, khususnya tentang kasus kumpul kebo. ''Saya kecewa sekali,'' ujarnya. Ia mengaitkan kenakalan remaja dengan kurangnya pengawasan orangtua, terutama ibu. Menurut dia, idealnya seorang ibu berada di rumah 3w5 jam sehari. Kurang dari itu berbahaya, katanya.
Sejak 1969, Zakiah menulis puluhan buku. Antara lain, Kesehatan Mental (Gunung Agung, 1969), Ilmu Jiwa Agama, dan Problema Remaja Indonesia (Bulan Bintang, 1970 dan 1974).
Ia pernah berceramah di 10 tempat secara berantai, dan terkejut melihat sejumlah orang yang selalu hadir mengikutinya. ''Mereka mengatakan ingin selalu dekat saya,'' katanya. ''Mereka kebanyakan ibu-ibu.''
Penggemar renang yang kini hanya melakukan jogging dan orhiba ini masih memilih hidup sendiri
Nama :
ZAKIAH DARADJAT
Lahir :
Bukittinggi, Sumatera Barat, 6 November 1929
Agama :
Islam
Pendidikan :
-Standard School Muhammadiyah, Bukittinggi (1944)
-Kuliyatul Mubalighat, Padangpanjang (1947)
-SMA, Bukittinggi (1951)
-Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri di Yogyakarta (1955)
-Universitas Ein Shams, Kairo, Mesir (doktor, 1964)
-Sekolah Staf dan Pimpinan Administrasi Departemen Agama, Jakarta (1976)
Karir :
-Pegawai Biro Perguruan Tinggi Agama Departemen Agama (1964-1967)
-Kepala Dinas Penelitian dan Kurikulum pada Direktorat Perguruan Tinggi Agama (1967-1972)
-Direktur Pendidikan Agama (1972-1974)
-Direktur Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam (1977-1984)
-Anggota DPA-RI (1983-1988)
-Guru Besar IAIN Jakarta (1984-sekarang)
Kegiatan Lain :
-Pimpinan Lembaga Pendidikan Kesehatan Jiwa Universitas Islam Jakarta (1970-1984)
-Ketua Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Ruhama (1984-sekarang)
-Pimpinan Pendidikan Kesehatan Mental YPI Ruhama (1984- sekarang)
Karya :
-Kesehatan Mental, Gunung Agung, 1969
-Ilmu Jiwa Agama, dan Problem Remaja Indonesia, Bulan Bintang, (1970 dan 1974)
Alamat Rumah :
Jalan Fatmawati 6, Kompleks Wisma Sejahtera, Jakarta Selatan Telp: 763937
Sumber : www.pdat.co.id